Jumat, 23 April 2010

Profil Kota Depok


Kota Depok secara geografis terletak di 6o19 00 - 6o28 00 LS dan antara 106o43 00 - 106o55 30 BT, berbatasan langsung dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan wilayah khusus ibukota Jakarta di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor di sebelah timur, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor di sebelah selatan, kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor di sebelah barat. Letak Kota Depaok sangat strategis diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini meyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronasi dengan kota-kota lainnya. Keputusan memindahkan sebagian besar kegiatan akademis Universitas Indonesia ke Depok yang menempati areal seluas 318 hektar ini menjadi salah satu faktor penentu perkembangan kota Depok sehingga bisa pesat seperti sekarang ini.

Berpindahnya Kampus UI ke Depok turut memberi andil terhadap kebutuhan akan perumahan, kehadiran mahasiswa menyumbang kepadatan yang kian besar di Depok pada siang hari dan menghadirkan pula peningkatan barang, jasa, dan kos-kosan. Bisnis kos-kosan yang menjamur pada kenyataan yang tampak. Menjamurnya bisnis kos-kosan dan kebutuhan perumahan yang kian meningkat memberi peluang bagi pemerintah daerah untuk mengisi kas daerah. Untuk kegiatan industri di batasi perluasannya dan diarahkan pengembangannya bagi industri yang ramah lingkungan.

Pemda memang tidak berencana mengembangkan kawasan khusus untuk industri dengan alasan Depok adalah kota perumahan, perdagangan, dan jasa. Untuk kegiatan industri yang sudah ada, khususnya kelompok industri kimia dan dan barang dari bahan kimia berskala menengah dan besar yang berlokasi di sepanjang jalan raya Bogor-Jakarta, Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya. Industri kecil juga berkembang adalah industri rumahan seperti garmen dan konveksi di Kecamatan Pancoran Mas. Setelah industri yang menjadi kegiatan penyumbang terbesar terhadap total ekonomi daerah, kegiatan perdagangan besar dan eceran menjadi penyumbang terbesar kedua, saat ini perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di poros pusat kota di jalan Margonda Raya, poros jalan Arief Rahman Hakim, jalan Akses UI, Parung-Sawangan, pusat Cinere-Limo, Dewi sartika, dan Nusantara.


Laju pertumbuhan Kota Depok tidak diantisipasi dengan peningkatan fasilitas sarana dan infrastruktur jalan, beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki drainase yang layak, hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota permukiman. Berkaitan dengan mobilitas di Kota Depok, persoalan yang dihadapi antara lain tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta, terbatasnya jalan alternatif di bagian poros tengah kota menuju Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama, dan pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan lalu lintas.


Sumber Data:
Jawa Barat Dalam Angka 2007
(01-7-2007)
BPS Provinsi Jawa Barat
Jl. PHH Mustapa No. 43, Bandung 40124
Telp (022) 7272595, 7201696
Fax (022) 7213572


Sumber:

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3276

Sumber Gambar:

http://fitripuspita.files.wordpress.com/2009/05/depokfoto1.jpg

Peta Depok


View Larger Map

Kota Depok


Kota Depok adalah salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Kota ini memiliki luas wilayah 200,29 km2 dengan jumlah populasi mencapai 1.420.480 jiwa. Yang menarik dari kota ini adalah jumlah populasi yang besar memiliki profil pendidikan warganya terpelajar, jumlah mereka yang menamatkan pendidikan tingkat menengah atas mencapai 28,9 persen, sedangkan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat universitas mencapai 4,5 persen. Populasi ini tersebar di 6 kecamatan dimana 719.969 adalah pria dan selebihnya yaitu 700.511 adalah wanita. 

Perekonomian di Kota Depok dibangun di atas aktivitas sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi industri pengolahan (atas dasar harga konstan 2000) mencapai 37,5 persen atau sejajar dengan Rp 3,3 trilyun lebih. Sedangkan kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran mencapai 32,3 persen atau bernilai lebih dari Rp 2,8 trilyun. 

Jumlah usaha yang bergerak pada industri pengolahan mencapai 105 industri yang terbagi dalam 6 jenis yaitu (1) industri makanan dan tembakau, (2) industri tekstil, (3) kayu, rotan dan perabotan (4) kertas dan percetakan, (5) kimia dan minyak bumi dan (6) barang dari logam dan mesin. Jenis industri yang terbanyak adalah industri kimia dan minyak bumi sebanyak 31 unit usaha yang terkonsentrasi di Kecamatan Cimanggis. Industri tekstil tersebar di kecamatan Sawangan, Sukmajaya, Cimanggis dan Pancoran Mas. Sedangkan industri barang dari logam dan mesin banyak terdapat di Cimanggis dan Sukmajaya. Industri makanan dan tembakau tersebar di Kecamatan Sukmajaya, Pancoran Mas dan Cimanggis sedangkan kertas dan percetakan terdapat di Cimanggis dan Pancoran Mas. 

Untuk usaha perdagangan, Kota Depok memiliki 1.196 usaha dagang yang terdaftar dalam Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang tersebar merata di 6 kecamatan. Perusahaan ini melakukan perdagangan baik yang bersifat lokal maupun ekspor. Negara tujuan ekspor Kota Depok adalah 36 negara dengan nilaia transaksi US $ 227 juta, 147 ribu euro lebih, 196 juta yen Jepang dan 6,2 juta THB. Mitra dagang penting Kota Depok adalah Hongkong, Amerika Serikat dan Philipina. Untuk perdagangan domestik, pemerintah kota telah menyediakan 7 pasar yang terdiri dari 2.112 los dan 2.659 kios. 

Untuk akomodasi penginapan, Kota Depok menyediakan 2 hotel berbintang, 3 hotel melati, 9 wisma dan 9 penginapan. Dari 21 unit akomodasi penginapan terdapat 182 kamar. 



Sumber:
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Depok


Sumber Gambar:
http://www.whatzups.com/account/uploads/1.%20margo.jpg

Kota Depok


Kota Depok, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa BaratIndonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor. Kata Depok sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti pertapaan atau tempat bertapa. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kata Depok merupakan sebuah akronim dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk yang artinya adalah Gereja Kristen Rakyat Pertama. [1].

Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan.

Depok merupakan kota penyangga Jakarta. Ketika menjadi kota administratif pada tahun 1982, penduduknya hanya 240.000 jiwa, dan ketika menjadi kotamadya pada tahun 1999 penduduknya 1,2 juta jiwa. Universitas Indonesia (kecuali Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi) berada di wilayah Kota Depok.

Sejarah

Terbentuknya Kecamatan Depok

Berawal pada akhir abad ke 17 seorang saudagar Belanda, eks VOC, bernama Cornelis Chastelein (1657-1714) membeli tanah di Depok. Dengan harga 700 ringgit, dan status tanah itu adalah tanah partikelir atau terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda. Cornelis Chastelein menjadi tuan tanah, yang kemudian menjadikan Depok memiliki pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur tangan dari luar. Daerah otonomi Chastelein ini dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Pada zaman kemerdekaan Depok ini menjadi sebuah kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor.

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu :

  1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.
  2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.
  3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan, sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu :

  1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.
  2. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.
  3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.























































































Terbentuknya Kota Depok

Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Di sisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama–sama Pemerintah Provinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 15 Tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok.

Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan pelantikan penjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok.

Berdasarkan Undang–Undang Nomor 15 Tahun 1999, wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) kecamatan sebagaimana tersebut di atas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu:

  1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) kelurahan dan 12 (dua belas) desa, yaitu: Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung.
  2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) desa, yaitu: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.
  3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) desa, yaitu: Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.
  4. Dan ditambah 5 (lima) desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu: Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.


Pemekaran Kecamatan di Kota Depok

Pemekaran Kecamatan di Kota Depok dari 6 (enam) menjadi 11 (sebelas) kecamatan merupakan implementasi dari Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan di Kota Depok, yang diharapkan akan berdampak positif bagi masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah kecamatan tersebut, akan semakin mendekatkan pelayanan sehingga memudahkan masyarakat dalam mengurus berbagai keperluannya yang membutuhkan layanan aparatur pemerintah di kecamatan.

Di samping itu, dengan pemekaran ini menjadikan setiap kecamatan hanya akan membawahi empat hingga tujuh kelurahan saja, di mana sebelumnya 6 hingga 14 Kelurahan, diharapkan camat dapat lebih intensif untuk berkoordinasi dengan para Lurah dan aparaturnya sehingga dapat memperkokoh fungsinya dalam mensukseskan program-program yang digulirkan Pemkot melalui berbagai OPD.

Adapun selangkapnya nama-nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 sebagai berikut:

  1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan Kelurahan Tanah Baru.
  2. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkap Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
  3. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cipayung, Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Ratu Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, dan Kelurahan Pondok Jaya.
  4. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Tirtajaya, dan Kelurahan Cisalak.
  5. Kecamatan Cilodong meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sukamaju, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, dan Kelurahan Jatimulya.
  6. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Kelurahan Limo, Kelurahan Meruyung, Kelurahan Grogol, dan Kelurahan Krukut.
  7. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Kerurahan Cinere, Kelurahan Gandul, Kelurahan Pangkal Jati Lama, dan Kelurahan Pangkal Jati Baru.
  8. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Tugu, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kelurahan Harjamukti, dan Kelurahan Curug.
  9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
  10. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.
  11. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Bojongsari Baru, Kelurahan Serua, Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Duren Mekar, dan Kelurahan Duren Seribu.

Kota Depok selain sebagai kota otonom yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air.


Walikota Depok

  • Drs. Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)
  • Drs. H. M. I. Tamdjid (1984-1988)
  • Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991)
  • Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996)
  • Drs. H. Badrul Kamal (1997-2005)
  • Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, Msc. (2005-2010) (dilantik pada tanggal 26 Januari 2006)

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Depok

Wilayah Kota Depok

Luas Wilayah : 20.504,54 Ha (200,29 Km).                               - 

Jumlah Penduduk 1.006.537 (pada tahun 1998)


Terdiri dari 6 Kecamatan, 39 Desa dan 24 Kelurahan.        

1. Kecamatan Pancoran Mas : 6 Kelurahan dan 5 Desa                

2. Kecamatan Beji 6 Kelurahan                                                    

3. Kecamatan Sukmajaya : 11 Kelurahan dan 12 desa                  

4. Kecamatan Cimanggis : 1 Kelurahan dan 12 Desa                   

5. Kecamatan Sawangan : 14 Desa                                              

 6. Kecamatan Limo : 8 Desa


Gambaran Umum Kotamadya Daerah Tingkat II Depok  Kondisi Daerah :   Sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 15 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya daerah tingkat II Depok, disebutkan pada pasal 3 bahwa wilayah Kotamadya daerah Tingkat II Depok dengan luas wilayah 20.504,54 Ha meliputi :

  1. Kecamatan Beji dengan Pusat Pemerintahan berkedudukan dikelurahan Beji, terdiri dari 6 kelurahan dengan jumlah pendududk sebanyak 80.377 jiwa dan luas wilayah 1614 Ha.
  2. Kecamatan Sukmajaya, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Mekar Jaya, terdiri dari 11 kelurahan dengan jumlah pendududk sebanyak 216.396 Jiwa dan luas wilayah 3.398 Ha.
  3. Kecamatan Pancoran Mas, dengan pusat pemerintahan berkedudukan dikelurahan Depok, terdiri dari 6 Kelurahan dan 6 Desa dengan jumlah penduduk 156.118 jiwa dan luas wilayah 2.671 Ha.
  4. Kecamatan Limo dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Des Limo Kecamatan Limo, terdiri dari 8 desa dengan jumlah penduduk 66.891 jiwa dan luas wilayah 2.595,3 Ha.
  5. Kecamatan Cimanggis dengan pusat pemerintahan yang berkedudukan di desa Cisalak pasar kecamatan Cimanggis. Terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan jumlah penduduk 221.330 jiwa dan luas wilayah 5.077,3 Ha.
  6. Kecamatan Sawangan dengan pusat pemerintahan yang berkedududkan di desa Sawangan. Terdiri dari 14 desa dengan jumlah penduduk 87.758 jiwa dan luas wilayah 4.673,8 Ha.

Sumber :
http://www.pacific.net.id/~nurfauzi/DEPOK.HTM

Sejarah Singkat Kota Depok

Kota Depok dahulu merupakan sebuah dusun terpencil ditengah hutan belantara, yang kemudian pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tingi VOC Cornelis Cahstelein membeli tanah yang meliputi daerah Depok dan sedikit wilayah Jakarta Selatan serta Ratujaya Bojong Gede. Selanjutnya tahun 1871 Pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk Pemerintahan dan Presiden sendiri.                                

Keputusan tersebut berlaku sampai 1942. Gemeente Depok diperintah oleh seorang Presiden sebagai badan Pemerintahan tertinggi. Di bawah kekeuasaannya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Kumitir atau Menteri Lumbung. Daerah teritorial Gemeente Depok meliputi 1.244 Ha namun hapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pimpinan Gemeente Depok, tapi tidak termasuk tanah-tanah Elgendom dan beberapa hak lainnya. Bermula dari sebuah Kecamatan yang berada dalam lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung yang meliputi 21 Desa, pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun dan berkembang terus yang akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah membentuk kota Administratif Depok yang peresmiannya diselenggarakan pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (H. Amir Machmud).                         

Selama kurun waktu 17 tahun kota Administrasi Depok mengalamai penggantian kepemimpinan mulai dari walikota pertama Drs. Rukasah Suradimadja (Alm) (1982-1984), Walikota kedua Drs. H. M.I.Tamdjid (1984-1988), Walikota ketiga Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991), keempat Drs. H. Moch. Masduki (1991-1992), kelima Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996) kemudian kepemimpinan Kotip Depok dijabat oleh Walikota Depok keenam Drs. H. Badrul Kamal (1997-1999) yang pada tanggal 27 April 1999 dilantik menjadi Pejabat Walikotamadya kepala Daerah Tingkat II Depok (bersama dengan Peresmian Kota Depok).

Dasar Hukum : UU nomor 15 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon.


Sumber :

http://www.pacific.net.id/~nurfauzi/DEPOK.HTM

Selayang Pandang Abang & Mpok Depok

Abang & Mpok Depok adalah pemuda-pemudi yang diharapkan menjadi teladan yang memiliki keseimbangan intelektual (IQ), emosional (EQ), spiritual (SQ), dan nantinya akan mengemban tugas sebagai duta Kota Depok.

Pemilihan Abang & Mpok Kota Depok diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menyosialisasikan informasi di berbagai bidang khususnya sektor pariwisata. Kegiatan tahunan ini juga bertujuan untuk mengajak generasi muda ikut aktif dan peduli terhadap peninggalan sejarah, seni, dan budaya di Kota Depok.

Sebagai duta Kota Depok, Abang & Mpok Depok bertugas di semua aspek kehidupan bermasyarakat. Misalnya, meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap bahaya narkoba dan penanggulangannya serta membangun kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Setiap tahunnya, ajang ini diharapkan dapat melahirkan sosok yang menjadi cerminan kepribadian generasi muda di Kota Depok yang heterogen. Pemilihan Abang & Mpok Depok ini didasarkan pada tiga aspek besar penilaian, yaitu beautybrain, dan behavior.

Dalam proses penjurian pun para calon duta Pariwisata Kota Depok ini diuji kedalaman pengetahuan dalam 5 sektor, yaitu kemampuan berbahasa asing; ilmu politik dan pemerintahan; pengetahuan pariwisata, seni, dan budaya; pengetahuan umum; serta psikologi dan kepribadian. Menjadi duta pariwisata bukanlah tugas mudah. Karena itu, evaluasi tanpa henti kiranya terus dilakukan dan menjadi tanggung jawab pemerintah kota, pihak swasta, dan masyarakat secara bersama-sama.

Juara 1 Abang & Mpok Depok dipersiapkan untuk mewakili Kota Depok dalam Pemilihan Duta Budaya & Pariwisata Jawa Barat—“Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat”—yang diikuti oleh utusan dari 26 kabupaten dan kota se-Jawa Barat.

Perjalanan Abang & Mpok Depok

Sebagai salah satu kota termuda di Jawa Barat, Kota Depok pertama kali menyelenggarakan pemilihan Abang & Mpok Depok pada tahun 2002. Pemilihan Abang & Mpok Depok yang terakhir—tahun 2008—masih dilaksanakan di bawah naungan Kantor Pariwisata, Seni, dan Budaya.

Namun, seiring perkembangan pemerintah Kota Depok, tahun 2009 kantor ini berubah menjadi Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, Seni, dan Budaya (Disporaparsenbud) yang akan melanjutkan pelaksanaan pemilihan Abang & Mpok Depok 2009.

Kota Depok termasuk salah satu kota yang utusannya selalu menunjukkan kualitas dan prestasi. Walaupun baru mengikuti Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat pada tahun 2002, Muhammad Ridha (Abang Depok 2004) berhasil menjadi Juara 1 Jajaka (pinilih) Jawa Barat 2004. Tahun berikutnya, Rd. Yunita Prima (Mpok Depok 2005) terpilih sebagai juara 1 Mojang (pinilih) Jawa Barat 2005 sekaligus menjadi Mojang Persahabatan (Mimitran) Jawa Barat 2005.

Tugas dan amanah yang di emban Abang Mpok Depok bukan hanya sebagai representasi Kota Depok, lebih dari itu ada berbagai kegiatan yang menjadi tugas sekaligus kesempatan bagi Abang & Mpok Depok untuk membantu pemerintah dalam mempromosikan potensi pariwisata, seni, dan budaya kepada masyarakat luas. Mulai dari tugas keprotokoleran, MC, moderator, model, hingga menjadi agen pemerintah dalam menyosialisasikan program kerja pemerintah.

Banyak prestasi yang sudah dicapai Abang & Mpok Depok selama ini. Erwin Fajrin, Abang Depok 2008, terpilih sebagai Pembuat Pantun Terbaik pada Workshop Sastra Melayu-Betawi 2009 (dalam materi “Musikalisasi Puisi & Pantun Melayu-Betawi” yang diadakan oleh Disparbud Jabar).

Sementara itu, Asri Aldina, Mpok Depok 2008, pernah menjadi utusan Kota Depok pada Jambore Kebangsaan 2008 di Manokwari, Papua Barat, yang diselenggarakan oleh Depdagri. Selain itu, Asri pun ditunjuk oleh Disparbud Jabar sebagai spoke person untuk mempromosikan pariwisata Jawa Barat pada Exhibition Day dalam rangkaian “The 42nd Annual Meeting Board of Government Asian Development Bank” di Bali tahun 2009.

Seluruh Abang & Mpok Depok berada dalam sebuah paguyuban bernama Ikatan Abang Mpok (IKAM) yang baru-baru ini ikut serta dalam menyukseskan Festival Depok 2009 (12—21 Juni 2009). Mereka menjalankan tugas sebagai duta di berbagai rangkaian acara Festival Depok serta ikut membantu Dekranasda Kota Depok mempersiapkan dan mewujudkan “Launching Batik Khas Kota Depok”.

Berikut ini senarai pemenang pertama Abang & Mpok Depok—sejak kegiatan ini diselenggarakan—yang sekaligus berhak mewakili Kota Depok di ajang Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat.

Abang & Mpok Depok 2002       : Kiky Dwie Monanda & Astrid

Abang & Mpok Depok 2003       : Sumarjadi & Nofa Farida Lestari

Abang & Mpok Depok 2004       : Muhammad Ridha & Intan Lestari

Abang & Mpok Depok 2005       : Roni Satria & Rd.Yunita Prima

Abang & Mpok Depok 2006       : Daniel Iskandar Siregar & Danti Putri Rama

Abang & Mpok Depok 2007       : Fathir Fajar Shidiq & Tiara Astari

Abang & Mpok Depok 2008       : Erwin Fajrin Hadat & Asri Aldina


Sumber :

http://depokita.com/2009/07/30/selayang-pandang-abang-mpok-depok/

30 Juli 2009