Jumat, 23 April 2010

Profil Kota Depok


Kota Depok secara geografis terletak di 6o19 00 - 6o28 00 LS dan antara 106o43 00 - 106o55 30 BT, berbatasan langsung dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan wilayah khusus ibukota Jakarta di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor di sebelah timur, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor di sebelah selatan, kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor di sebelah barat. Letak Kota Depaok sangat strategis diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini meyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronasi dengan kota-kota lainnya. Keputusan memindahkan sebagian besar kegiatan akademis Universitas Indonesia ke Depok yang menempati areal seluas 318 hektar ini menjadi salah satu faktor penentu perkembangan kota Depok sehingga bisa pesat seperti sekarang ini.

Berpindahnya Kampus UI ke Depok turut memberi andil terhadap kebutuhan akan perumahan, kehadiran mahasiswa menyumbang kepadatan yang kian besar di Depok pada siang hari dan menghadirkan pula peningkatan barang, jasa, dan kos-kosan. Bisnis kos-kosan yang menjamur pada kenyataan yang tampak. Menjamurnya bisnis kos-kosan dan kebutuhan perumahan yang kian meningkat memberi peluang bagi pemerintah daerah untuk mengisi kas daerah. Untuk kegiatan industri di batasi perluasannya dan diarahkan pengembangannya bagi industri yang ramah lingkungan.

Pemda memang tidak berencana mengembangkan kawasan khusus untuk industri dengan alasan Depok adalah kota perumahan, perdagangan, dan jasa. Untuk kegiatan industri yang sudah ada, khususnya kelompok industri kimia dan dan barang dari bahan kimia berskala menengah dan besar yang berlokasi di sepanjang jalan raya Bogor-Jakarta, Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya. Industri kecil juga berkembang adalah industri rumahan seperti garmen dan konveksi di Kecamatan Pancoran Mas. Setelah industri yang menjadi kegiatan penyumbang terbesar terhadap total ekonomi daerah, kegiatan perdagangan besar dan eceran menjadi penyumbang terbesar kedua, saat ini perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di poros pusat kota di jalan Margonda Raya, poros jalan Arief Rahman Hakim, jalan Akses UI, Parung-Sawangan, pusat Cinere-Limo, Dewi sartika, dan Nusantara.


Laju pertumbuhan Kota Depok tidak diantisipasi dengan peningkatan fasilitas sarana dan infrastruktur jalan, beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki drainase yang layak, hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota permukiman. Berkaitan dengan mobilitas di Kota Depok, persoalan yang dihadapi antara lain tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta, terbatasnya jalan alternatif di bagian poros tengah kota menuju Jakarta, kurangnya penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama, dan pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan perdagangan dan parkir yang menimbulkan kerawanan kemacetan lalu lintas.


Sumber Data:
Jawa Barat Dalam Angka 2007
(01-7-2007)
BPS Provinsi Jawa Barat
Jl. PHH Mustapa No. 43, Bandung 40124
Telp (022) 7272595, 7201696
Fax (022) 7213572


Sumber:

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3276

Sumber Gambar:

http://fitripuspita.files.wordpress.com/2009/05/depokfoto1.jpg

1 komentar:

  1. Menarik, kunjungi blogku juga ya!!

    http://panyutro.blogspot.com/2013/01/ki-ageng-mangir-jejak-cucunya-di.html

    Raden Panji Wanayasa (dimakamkan di Tepi Danau Jatijajar Tapos Depok Jawabarat) , Pejuang bangsa di palagan Batavia VOC 1625 - 1629 dalam ekspedisi Kaladuta Sultan Agung. Dilanjutkan dengan Palagan Cikeas Kali Sunter 1682 dalam perang Sultan Ageng Tirtayasa. Telik sandi unggulan Mataram didalam benteng Batavia menyamar sebagai perawat kereta kuda. Putra Bagus Wonoboyo dan Nyimas Linggarjati ini adalah cucu langsung dari Ki Ageng Mangir Roro Pembayun, berarti juga cicit dari Panembahan Senopati, berjuang untuk kerajaan Mataram Plered , dibawah raja Sultan Agung Hanyokrokusumo yang tak lain tak bukan adalah sama sama cicit Panembahan Senopati. Putra Panji Wanayasa adalah Lie Suntek alias Santri Bethot yang menjadi salah satu penasehat khusus kerajaan Banten. Panji Wanayasa beristrikan seorang Cina Batavia, yang kelak menjadi pejuang membantu Mas Garendi di pembrontakan Cina. Salahsatu kakaknya adalah Nyai Dewi Sekar Rinonce istri dari Tumenggung Maduseno yang punya nama lain Kertiwongso yang pernah menjabat sebagai adipati Mataram di Jepara, Maduseno inilah pembawa kepala JP Coen ke Mataram yang disamarkan dalam bungkusan yang dibawa oleh anaknya yang baru berumur lima tahun bernama Bodronolo, pada waktu itu Nyai Dewi sekar Rinonce ibunya masih berada di Bumi Tapos Depok, Kemungkinan besar sang ibu tak pernah pergi ke Mataram sebab di Kampung Sindang Karsa Cilangkap RW 08 terdapat kompleks makam misterius Mak Uyut Cerewet , tak ada bangunan nisan dalam seluruh kompleks karena memang tak ada yang berani membangun dalam kompleks makam itu, tersebutlah nama Nyimas Dewi Sekar Rinonce dalam makam tersebut sebagai pemilik makam tertua di kompleks makam misterius yang tampak selalu bersih dan teduh, seakan akan ada orang yang selalu menyapu makam setiap saat.

    BalasHapus